Rabu, 30 Mei 2012

Afiq Rakhmat Alwi

Islam dan Perkembangan IPTEK

Era informasi dan globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah memberikan dampak pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa dampak yang besar pada budaya, nilai, dan agama. Nilai-nilai yang sementara ini dipegang kuat oleh masyarakat mulai bergeser dan ditinggalkan. Sementara nilai-nilai yang menggantikannya tidak selalu sejalan dengan landasan kepercayaan atau keyakinan masyarakat, sehingga penyimpangan kian subur dan berkembang.
Dalam situasi seperti ini, remaja dan mahasiswa yang sedang berada dalam kondisi
psikologis yang labil menjadi korban pertama, sebagaimana terjadi dalam berbagai kasus hedoisme, konsumerisme, hingga peningkatan kenakalan remaja dan narkotika.
Hal ini semakin membuktikan bahwa nilai-nilai hidup tengah bergeser sehingga membingungkan para remaja, menjauhkan mereka dari sikap manusia yang berkerpibadian, khususnya para pelajar dan mahasiswa yang sedang mengalami proses kegalauan yang parah dalam mencari jati diri.
Pendidikan agama yang selama ini menjadi tameng utama bagai generasi muda mulai dirasakan kurang berpengaruh dan lebih tepatnya kurang diminati, mengingat orang tua tenggelam dalam kesibukannya masing-masing, sedangkan lingkungan dan pergaulan yang tidak steril dari perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama.
Sementara sekolah dan perguruan tinggi, padat dengan pencapaian tujuan kurikulum yang menonjolkan aspek komunikatif. Output pendidikan lebih banyak menghasilkan pengetahuan, tetapi tidak mampu menghadapi tantangan hidup dan kehidupan (survive).


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah
1 indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
2 naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun sosial,
3 pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi,
4 imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya,
5 hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok;
(1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai;
(2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami,
(3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.

Strategi dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibutuhkan agar dalam perkembangannya tidak menyimpang dari ketentuan hukum-hukum syara’, dan hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu manusia demi kepuasan intelektualitas. Dalam sistem pendidikan islam, strategi dan arah perkembangan iptek dapat kita lihat dalam kerangka berikut ini:
1.   Tujuan utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk mengenal Allah swt. sebagai Al Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai fenomena yang diamati, dan mengagungkan Allah swt, serta mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya.
2.   Ilmu harus dikembangkan dalam rangka menciptakan manusia yang hanya takut kepada Allah swt. Semata sehingga setiap dimensi kebenaran dapat ditegakkan terhadap siapapun juga tanpa pandang bulu.
3.Ilmu yang dipelajari berusaha untuk menemukan keteraturan esame, hubungan kausalitas, dan tujuan alam semesta.
4.Ilmu dikembangkan dalam rangka mengambil manfaat dalam rangka ibadah kepada Allah swt., sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang, dan segala hal yang terdapat di langit atau di bumi untuk kemaslahatan umat manusia.
5.Ilmu dikembangkan dan teknologi yang diciptakan tidak ditujukan dalam rangka menimbulkan kerusakan di muka bumi atau pada diri manusia itu sendiri.
Dengan demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang sangat penting, terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang handal dan sekaligus memiliki komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya.
Di samping itu hal yang harus diperhatikan pembentukan SDM berkualitas imani bukan hanya tanggung jawab pendidik semata, tetapi juga para pembuat keputusan politik, ekonomi, dan esam sangat menentukan.
Perlu dicatat bahwa akar kriminalitas, termasuk KKN, terjadi adalah akhlaq/perilaku manusianya yang teralienasi dengan ajaran agamanya. Revolusi terhadap perilaku manusia merupakan basis dari gerakan pembaharuan yang benar. Oleh sebab itu sangat diperlukan co-responsible for finding solutions. Untuk melakukan revolusi tersebut maka musti diawali dengan revolusi pemikiran (Taghyiir al Afkaar) dan pemahaman manusia terhadap Islam.


Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila
(1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
(2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
(3) dapat memberikan pedoman bagi esame,
(4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

Seiring perkembangan IPTEK yang semakin pesat, sudah pasti pemikiran manusia mulai mengarah ke kehidupan modern. Kehidupan yang serba mewah dan instan adalah gambaran bagaimana memprihatinkan kehidupan modern itu sendiri. Semua orang ingin hidup mewah dan instan, mungkin itu yang menyebabkan orang-orang sekarang berlomba-lomba untuk korupsi. Tentunya kehidupan seperti itu tidak akan terjadi apabila kita masih memegang teguh akhlak islam yang kita punya. Oleh karena itu, kita harus bisa menyelaraskan antara perkembangan IPTEK dengan intervensi ilmu-ilmu agama ke dalamnya. Agar tercipta kehidupan modern yang sejalan dengan ilmu-ilmu agama.

Subscribe to get more videos :