Rabu, 11 Desember 2013

Afiq Rakhmat Alwi

EDUKASI KESEHATAN SEJAK USIA DINI UNTUK GENERASI SEHAT YANG LEBIH PRODUKTIF


Duniaku - Kesehatan milik siapa? Ketika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada orang ‘kecil’, mungkin mereka akan menjawab bahwa kesehatan milik orang ‘besar’, orang yang ber’uang’. Ketika sedang menyimak berita di televisi tentang anak kecil dari keluarga miskin yang menderita penyakit polio (kelumpuhan tulang) dan tak mampu berobat, sehingga hanya dibiarkan begitu saja, ayah saya nyeletuk, “yang boleh sakit tuh cuma orang kaya, orang miskin nggak boleh sakit”. Tanggapan positif dari pemerintah ditunjukkan dengan adanya program  bantuan kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk masyarakat miskin yang bertujuan agar setiap orang mempunyai akses yang sama untuk mendapatkan pengobatan. Namun, program tersebut belum terlaksana secara merata. Oleh karena itu, kementerian kesehatan meluncurkan program baru yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan dilaksanakan pada tahun 2014. Dengan program ini, diharapkan pelayanan kesehatan akan lebih merata, sehingga tak ada lagi istilah orang kecil dan orang besar.
Program JKN yang tentu akan menelan anggaran trilyunan rupiah itu nampaknya hanya akan menjadi ajang buang-buang duit secara percuma, jika dari masyarakat sendiri belum ada kesadaran untuk membiasakan hidup sehat. Ketika masyarakat tidak bisa menjaga pola hidup sehat, mereka akan rentan sakit, kemudian memanfaatkan JKN untuk pengobatan. Alhasil, masyarakat sendirilah yang justeru dengan kata lain menjadi beban negara, meskipun secara konstitusi memang benar bahwa negara berkewajiban melindungi hak-hak warganegaranya. Namun, hal yang perlu digaris bawahi adalah anggaran untuk kesehatan ini tidak sedikit jumlahnya, terlebih lagi dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat. Program Jamkesmas 2012, Kemenkes masih menunggak sekitar 13 trilyun rupiah yang kabarnya akan mulai dibayar tahun 2014. Upaya promotif dan preventif atau upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit memang harus dilakukan secara serius dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif atau pengobatan dan penyembuhan, bahkan sejak dini sekalipun. Untuk mengimbangi program luar biasa tersebut, perlu adanya upaya pemberian edukasi kesehatan untuk anak agar mereka lebih peduli dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.
Beberapa waktu lalu media sempat diramaikan dengan berita anak berusia 5 tahun yang kecanduan rokok. Padahal kita semua sama-sama mengetahui bahaya dari rokok untuk kesehatan. Tidak bisa dipungkiri rokok mempunyai kontribusi besar terhadap peningkatan jumlah penderita PTM (Penyakit Tidak Menular) seperti jantung, kanker, hipertensi, dsb. Tembakau membunuh lebih dari setengah jumlah penggunanya, hampir 6 juta orang pertahun, diantaranya 5 juta orang perokok dan mantan perokok, serta 600.000 orang bukan perokok yang terpapar asap rokok. Bila tidak dilakukan tindakan pengendalian, kematian akan meningkat cepat bahkan Kemenkes memperkirakan lebih dari 8 juta orang pada tahun 2030. Prevalensi (persentase populasi) merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester II Desember 2012)
Gambar 1. Peningkatan Prevalensi Merokok


 
Gambar 2. Trend Usia Mulai Merokok
Melihat data yang ada, upaya pengendalian sebagai solusi jangka panjang dapat dilakukan dengan edukasi kesehatan sejak usia dini. Karena seperti disebutkan sebelumnya, JKN nampaknya akan useless jika masyarakat malah membuat dirinya sakit. Perlu diketahui data bahwa hampir 80% di dunia 1 milyar perokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Penggunaan produk tembakau secara global meningkat, tetapi di negara-negara yang berpendapatan tinggi dan menengah justru terjadi penurunan. (Kemenkes, 2012). Tembakau merupakan  peringkat utama penyebab kematian, namun sebenarnya dapat dicegah, salah satunya dengan edukasi kesehatan sejak dini. Tidak hanya karena alasan merokok sebagai penyebab utama PTM, melainkan karena arti penting dari edukasi kesehatan sejak usia dini sebagai pembentukan generasi sehat yang lebih produktif.
Edukasi kesehatan sejak usia dini membutuhkan kerjasama berbagai pihak, orang tua, guru, pemerintah, serta masyarakat.
1.      Orangtua
Mudyahardjo dalam jurnal Cakrawala Pendidikan Hadi Iswanto, 2012 menyatakan bahwa pendidikan mempunyai lingkup yang terentang dari bentuk-bentuk informal sebagai pengalaman yang tidak terbatas dalam waktu, tempat dalam lingkungan hidup. Carol & Barbour dalam jurnal yang sama juga menyatakan bahwa pengalaman ini sejak dini mengarah pada pencapaian ranah pendidikan, yaitu pengetahuan, kesadaran dan sikap, sampai kepada praktik dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mentransformasi nilai dan norma.
Orangtua sebagai pendidikan pertama bagi anak, sudah seharusnya menanamkan nilai-nilai kesehatan dari yang paling sederhana, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, memotong kuku dan menggosok gigi secara teratur, membuang sampah pada tempatnya, tidak membiasakan jajan di pinggir jalan sembarangan, dan sebagainya. Dengan menerapkan kebiasaan tersebut, dapat terbentuk karakter dasar siswa untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Karena anak-anak akan belajar dari apa yang dia lihat sehari-hari, sehingga orangtua pun juga harus membudayakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri sekaligus sebagai teladan bagi anak.
2.      Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah mempunyai peran Namun, setelah mengenal kehidupan di sekolah, anak dengan sendirinya akan menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Di sini, anak akan sangat mudah terpengaruh oleh kebiasaan teman-temannya. Seperti yang sering ditayangkan dalam salah satu acara televisi, banyak jajanan anak sekolah yang mengandung pewarna tekstil, boraks, formalin, pemanis buatan, dan zat berbahaya lainnya yang pemakaiannya melebihi batas kebolehan. Oleh karena itu, guru sebagai orangtua kedua anak ketika di sekolah juga perlu mengarahkan siswa agar menjaga kebersihan dan kesehatan. Peran sekolah dalam upaya preventif dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan puskesmas untuk mengadakan sosialisasi ringan tentang kesehatan kepada anak, program dokter kecil sebagai pembentukan kader kesehatan tingkat dasar, atau program lain yang relevan.
Dengan adanya program pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah dari pemerintah hendaknya ditindaklanjuti oleh pihak sekolah secara berkelanjutan seperti pembinaan tentang sanitasi dan air bersih, kesehatan gizi, bahaya merokok, alkohol, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan sekolah. Namun, belum semua sekolah menerapkan program UKS karena berbagai faktor seperti keterbatasan sarana dan prasarana, SDM, serta lemahnya koordinasi (Rakernas UKS, 2012).


Tabel 1. Persentase UKS di Indonesia
Jenjang Pendidikan
Persentase
SD
50 – 60 %
SMP
40 – 50 %
SMA
30 – 35 %
TK
20 – 30 %
Pendidikan dan kesehatan adalah dua hal yang penting dalam pembangunan SDM yang berkualitas. Dimana kesehatan menjadi syarat utama dalam keberhasilan proses pendidikan, sementara pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat dapat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.


3.      Pemerintah beserta masyarakat
Pemerintah sebagai pemegang kebijakan, baik pemerintah pusat dan daerah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap terlaksananya edukasi kesehatan usia dini bagi masyarakat.  Peraturan perundangan akan melahirkan kelembagaan yang mengikat seluruh masyarakat bangsa. Komitmen politik mengikat penyelenggara negara, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat. Pendidikan kesehatan yang diwujudkan dalam bentuk operasional pembelajaran melalui berbagai pelayanan kesehatan dengan sasaran anak usia dini mejadi suatu kewajiban, tugas dan tanggung jawab. Kewajiban, tugas dan tanggung dirumuskan melalui legislasi dan regulasi tingkat nasional atau pusat dan daerah (Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2012:318). Sudah saatnya pemerintah mulai mengambil langkah nyata untuk memperbaiki kinerja puskesmas dan posyandu, baik dari segi realisasi program pelayanan dan SDM. Program pelayanan kesehatan untuk anak perlu diintensifkan dan dilaksanakan secara merata.
Puskesmas dan Posyandu seharusnya mempunyai program rutin mengadakan kerjasama dengan pemerintah desa-desa misalnya mengadakan pemeriksaan kesehatan ringan langsung ke desa. Hal ini menjadi penting ketika para lansia yang terkadang sudah tidak memungkinkan untuk jauh-jauh datang ke Puskesmas karena keterbatasan fisik, transportasi, maupun biaya. Selain itu, program Kader Sehat, di mana dia adalah seorang yang secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas atau Posyandu setempat. Program Kader Sehat belakangan ini sudah jarang terdengar, padahal mereka yang tergugah hatinya untuk menjadi Kader Sehat dapat menjadi cermin diri bagi para pegawai kesehatan agar tidak melulu memikirkan materi atas jasa kesehatan yang diberikannya, melainkan lebih mengedepankan pengabdian kesehatan bagi masyarakat.
Selain pemerintah, perusahaan sebagai bagian dari kehidupan sosial dalam masyarakat, dapat turut berkontribusi dalam pembangunan kesehatan bagi masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR ini hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dan lebih berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Program CSR di bidang pembangunan kesehatan, seperti fasilitasi kesehatan lingkungan bagi masyarakat, pengobatan gratis, imunisasi gratis, vaksinasi, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya pun, hendaknya melibatkan Puskesmas atau Posyandu setempat, sehingga terjadi sinergi antara pemerintah, puskesmas,  perusahaan, dan masyarakat untuk bersama membangun generasi yang lebih sehat.
Berdasarkan penjabaran di atas, tentu realisasinya tidak semudah membalikkan telapak tangan, masalah anggaran dan koordinasi, tentu akan selalu mengiringi pelaksanaan suatu program. Sebagai warga negara yang baik, mengkritik pemerintah itu boleh, namun, kita juga harus mengerti pemerintah, bahwa Indonesia bukanlah negara kecil yang masyarakatnya tidak sedikit. Nah, langkah kecil yang dapat kita lakukan adalah membantu pemerintah dengan tindakan-tindakan perbaikan nyata dari diri kita sendiri, minimal di lingkungan sekitar kita. Kesadaran lah yang perlu dibangun dalam diri setiap individu melalui forum peduli kesehatan, forum peduli lingkungan, atau apapun bentuknya. Sinergitas yang terbangun harapannya dapat membantu mewujudkan edukasi kesehatan sejak usia dini untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih sehat dan produktif dalam percepatan pembangunan nasional. 


DAFTAR PUSTAKA
Iswanto, Hadi. 2012. Jurnal Cakrawala Pendidikan: Pendidikan Kesehatan Unsur Utama dalam Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Cakrawala Pendidikan
Kemenkes RI. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Edisi Semester II 2012. Jakarta: Kemenkes RI
Widaninggar W. 2012. Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Disampaikan dalam Rakernas UKS 2012

Postingan ini diikutkan di dalam lomba blog Kesehatan yang diadakan oleh Forum Peduli Kesehatan Rakyat:









Subscribe to get more videos :